Pewarnaan Gel Protein : Metode Mana yang Paling Cocok untuk Riset Anda
Protein yang sudah diseparasi dengan metode elektroforesis dapat dilihat dengan
menggunakan berbagai metode pewarnaan. Pemilihan tehnik pewarnaan bergantung pada
keberadaan jenis imager untuk deteksi, sensitifitas, dan kompatibilitas untuk analisis selanjutnya,
seperti western blot, LCMS-MS, 2D electrophoresis, dan analisis lainnya. Beberapa jenis pewarna
protein yang banyak digunakan diantaranya coomassie, fluorescent, silver, dan pewarnaan negatif.
Untuk membuat protein target terlihat, kita bisa menggunakan dye-binding atau bahan
kimia yg menghasilkan warna pada protein yg berada dalam gel poliakrilamid. Tergantung bahan
kimia yg terkandung di dalamnya, setiap metode pewarnaan mungkin memiliki prosedur dan bahan-
bahan yang berbeda pada proses pewarnaanya. Proses pewarnaan protein pada gel elektroforesis
dilakukan dengan proses perendaman. Biasanya, pada gel masih terdapat detergen seperti SDS yang
masih tersisa dan residu running buffer. Secara umum, proses pewarnaan protein adalah sebagai
berikut :
Gel dimasukkan ke dalam wadah, lalu direndam menggunakan distilled water untuk
menghilangkan buffer elektroforesis dari gel
Gel ditambahkan asam (eg. acetic acid) atau alkohol untuk poses fiksasi gel dan mengurangi
potensi proses difusi protein dari gel
Penambahan larutan pewarna dan direndam selama waktu tertentu agar pewarna atau bahan
kimia pewarna masuk ke dalam gel dan berikatan atau bereaksi dengan protein
Proses destaining untuk menghilangkan sisa-sisa pewarna yang masih menempel secara acak di
gel elektroforesis dan agar gambar yg dihasilkan memiliki background yg bersihl
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum proses pewarnaan gel adalah sebagai berikut :
sensitifitas pewarnaan yang ingin dicapai, kompatibilitas dengan analisis lanjutan, kompleksitas
protokol yang digunakan, dan dynamic range dari hasil pewarnaannya. Secara umum pewarnaan
protein dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pewarnaan positif dan pewarnaan negatif. Pada pewarnaan
positif yang diwarnai adalah proteinnya, sedangkan pada pewarnaan negatif yang diwarnai adalah
gelnya. Jenis-jenis pewarnaan positif diantaranya coomassie, silver stain, dan fluorescent stain,
sedangkan pewarnaan negatif diantaranya adalah zinc staining.
Coomassie Brilliant Blue
Merupakan jenis pewarna anionik yang paling populer dan banyak digunakan yang dapat
mewarnai hamper semua jenis protein dengan hasil linieritas yang baik dangan sensitifitas medium.
Hasil pewarnaan dengan coomassie menghasilkan warna biru pada protein dalam gel (Gambar 1).
Ada 2 jenis coomassie brilliant blue, yaitu R-250 (R, reddish) dan G-250 (G, greenish). Coomassie Blue
R-250 paling banyak digunakan, karena harganya yang lebih murah, proses pewarnaan cepat, dan
dapat digunakan untuk mewarnai protein dengan hasil sensitifitas yang baik (36–47 ng protein).
Namun, jenis pewarna ini kurang baik terhadap lingkungan limbanhnya, sehingga harus hati-hati
dalam pembuangan limbahnya. Coomassie Blue G-250 memiliki sensitifitas pewarnaan yang lebih
baik (8–28 ng protein) daripada R-250 dan lebih aman terhadap lingkungan formulanya (Simpson
2010, Neuhoff et al. 1988)
Gambar 1. Hasil pewarnaan gel SDS-PAGE dengan pewarna Bio-Safe Coomassie Stainl
Pewarna coomassie juga merupakan pewarna favorit yang digunakan untuk analisis lanjutan
mass spectrometry dan identifikasi protein. BioRad Laboratories mengembangkan Bio-Safe
Coomassie Stain (Cat#161-0786) yang merupakan formulasi Coomassie Blue G-250 yang tidak
berbahaya yang hanya membutuhkan air untuk membilas dan menghilangkan sisa pewarna.
Sensitifitas dari jenis pewarna ini juga lebih baik dari Coomassie R- dan setara dengan Coomassie
Blue G-250, tetapi dengan protokol pewarnaan yang lebih sederhana dan lebih cepat. Selain itu,
BioRad juga membuat formulasi terbaru yaitu QC Colloidal Coomassie (Cat#161-0803) yang
merupakan jenis Coomassie G-250 dengan sensitifitas paling tinggi (3 ng protein) dengan proses
staining dan destining yang fleksibel tanpa membutuhkan methanol untuk proses fiksasinya. Berikut
adalah detail jenis pewarna Coomassie Brilliant Blue dari BioRad Laboratories :
Silver Stains
Pewarnaan dengan menggunakan silver dapat menghasilkan sensitivitas yang paling tinggi
(0.6–1.2 ng protein) dibanding metode yg lainnya, namun dynamic rangenya rendah (Merril et al.
1981, Rabilloud et al. 1994). Terkadang protokolnya membutuhkan waktu yg lama, kompleks, dan
kurang reproducible untuk analisis kuantitatif. Pewarnaan dengan metode ini, kompatibel dengan
analisis lanjutana mass spectrophotometry, namun lebih rendah dibandingkan pewarnaan dengan
coomassie blue dan pewarnaan fourescnet (Yan et al. 2000). Sensitivitas pewarnaan dengan silver
stain melebihi sensitivitas dengan pewarnaan coomassie, sehingga cocok untuk mendeteksi protein
yg konsentrasinya sangat sedikit dalam gel, misalnya untuk mengecek protein marker dan
sensitivitasnya sepadan dengan pewarna fluorescent. Hasil pewarnaan dengan silver menghasilkan
warna cokelat kehitaman pada protein gel (Gambar 2).
Gambar 2. Hasil pewarnaan 2D gel dengan Bio-Rad Silver Stain
Tehnik pewarnaan dengan silver meliputi deposisi metallic silver pada permukaan gel yang
berisi protein target, lalu ion silver (dari silver nitrat) berinteraksi dan berikanan dengan gugus
fungsional pada protein. Interaksi yang paling kuat terjadi pada carboxylic acid groups (Asp dan Glu),
imidazole (His), sulfhydryls (Cys), and amines (Lys). Penambahan reagent sensitizer and enhancer
juga dilakukan untuk mengontrol spesifisitas dan efisiensi pengikatan ion silver terhadap protein.
Salah satu produk pewarnaan yang dapat digunakan adalah Silver Stain Plus™ (Cat# 1610449) dari
BioRad Laboratories. Pewarna ini dikembangkan dari metode yg didevelop oleh Gottlieb and Chavko
(1987) yang sudah disempurnakan untuk mendeteksi protein dan asam nukleat dari gel poliakrilamid
dan agarosa. Silver Stain Plus kit dapat mendeteksi hingga 0.6 ng of protein dan DNA, dan hanya
membutuhkan 3 tahapan dalam waktu kurang dari 1 jam. Hasil pengujian menunjukkan
sensitifitasnya 10-50x lebih sensitive dari Coomassie Brilliant Blue R-250 pada pewarnaan protein
dan 2-5x lebih sensitive dari ethidium bromide pada pewarnaan DNA dan RNA.
Fluorescent Stains
Pewarnaan dengan fluorescent merupakan pewarnaan paling ideal dibanding yg lainnya,
karena menghasilkan sensitifitas yang tinggi (sebanding dengan silver stain), dynamic range luas
(hingga 4 orders of magnitude), protokol yg simple dan mudah, dan compatible untuk analisis mass
spectrophotometry. Namun, jika dibandingkan dengan pewarnaan coomassie dan silver, pewarnaan
dengan fluorescent membutuhkan biaya lebih mahal dan harus divisualisasi menggunakan gel doc
dengan CCD kamera atau fluorescent scanner. Karena alasan tersebut, pewarnaan dengan
fluorescent bisanya banyak digunakan dalam pengujian proteomic yang lebih kompleks, seperti 2D
gel electrophoresis yang membutuhkan sensitifitas dan dynamic range yang tinggi, sehingga bisa
melihat lebih detail perbedaan spot protein spesifik yang berbeda antara 2 sampel (Gambar 3).
Gambar 3. Hasil pewarnaan 2D gel dengan SYPRO Ruby stain
Berikut ini adalah contoh beberapa produk fluorescent stain dari BioRad Laboratories :
Stain-Free Technology
Teknologi Stain-free merupakan teknologi yang dipatenkan oleh BioRad Laboratories, untuk
mempercepat dan mempermudah analisis gel hingga western blot. Dengan teknologi stain-free kita
bisa melakukan visualisasi protein dalam gel SDS-PAGE atau membrane tanpa proses staining dan
destaining terlebih dahulu, sehingga prosesnya jadi lebih cepat. Sensitivitas pewarnaan dengan
teknologi ini juga lebih baik dibandingkan coomassie brilliant blue R-250 dengan sensitifitas hingga
10-25 ng protein (Gambar 4).
Gambar 4. (A) Hasil foto gel dengan teknologi stain-free dengan aktivasi gel & imaging selama 1 menit dan (B)
hasil pewarnaan dengan coomassie blue selama semalaman
Teknologi stain-free juga memiliki beberapa keunggulan dalam analisis kuantitatif western
blot. Hasil pewarnaan dengan teknologi ini bisa langsung dilanjutkan ke proses blotting tanpa
running 2 gel, sehingga akan lebih hemat. Dengan teknologi ini juga, peneliti dapat melakukan
analisis normalisasi total protein dab visualisasi pre dan post transfer. Ini akan sangat memudahkan
untuk melekukan check point pada tahapan western blot. Analisis normalisasi total protein juga
dapat digunakan sebagai alternative penggunakan housekeeping protein sebagai normalisator dalam
analisa western blot.
Agrawal GK and Thelen JJ (2009). A high-resolution two dimensional Gel- and Pro-Q DPS-based
proteomics workflow for phosphoprotein identification and quantitative profiling. Methods Mol
Biol 527, 3–19.
Gottlieb M and Chavko M (1987). Silver staining of native and denatured eukaryotic DNA in
agarose gels. Anal Biochem 165(1), 33–37.
Hart C et al. (2003). Detection of glycoproteins in polyacrylamide gels and on electroblots using
Pro-Q Emerald 488 dye, a fluorescent periodate Schiff-base stain. Electrophoresis 24, 588–598.
Merril CR (1987). Detection of proteins separated by electrophoresis. Adv Electrophoresis 1,
111–139.
Merril CR et al. (1981). Ultrasensitive stain for proteins in polyacrylamide gels shows regional
variation in cerebrospinal fluid proteins. Science 211, 1437–1438.
Miller I et al. (2006). Protein stains for proteomic applications: which, when, why? Proteomics 6,
5385–5408.
Neuhoff V et al. (1988). Improved staining of proteins in polyacrylamide gels including
isoelectric focusing gels with clear backgrounds at nanogram sensitivity using G-250 and R–250.
Electrophoresis 9, 255–262.
Rabilloud T et al. (1994). Silver-staining of proteins in polyacrylamide gels: a general overview.
Cell Mol Biol 40, 57–75.
Simpson RJ (2010). Rapid coomassie blue staining of protein gels. Cold Spring Harb Protoc, pdb
prot5413.
Steinberg TH et al. (2003). Global quantitative phosphoprotein analysis using multiplexed
proteomics technology. Proteomics 3, 1128–1144.
Yan JX et al. (2000). A modified silver staining protocol for visualization of proteins compatible
with matrix-assisted laser desorption/ionization and electrospray ionization-mass spectrometry.
Electrophoresis 21, 3666–3672.