Promotions

Sciencewerke Promotions

Pojok Halal Sciencewerke: Scientific Halal Investigation

Seluk Beluk Pengujian Cemaran Zat Non- Halal Menggunakan Teknik Molekuler Sains, Real-Time PCR, dalam Implementasi Sertifikasi Halal di Indonesia.

Kenapa Sih Harus Pakai Real Time PCR Buat Pengujian Halal

Bagian 1: Mengenal Pendekatan Aplikasi Pengujian Molekuler (Real-Time PCR)

Oleh: Imam Hardiman, MSc.

Kenapa Sih Harus Pakai Real-Time PCR buat Pengujian "Halal" ?

Produk Halal dan Regulasinya

Kebutuhan akan produk halal semakin banyak diminati di masyarakat yang bukan hanya dari golongan agama tertentu saja (red: Islam) akan tetapi juga oleh masyarakat global secara keseluruhan. Selain memberikan rasa aman, produk halal juga dapat menawarkan sesuatu yang lebih karena produk halal juga berafiliasi dengan konsep keamanan (red: food safety), terutama di bidang pangan. Oleh karenanya penggemar produk halal setiap tahunnya terus bertambah, bahkan konsep “halal” sudah berkembang menjadi suatu gaya hidup/life style tersendiri. Di Indonesia, pemerintah sangat memperhatikan terkait isu halal ini. Keberadaan (red: dibentuknya) Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan disahkannya UU No 33 Tahun 2014 menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mempersiapkan dan mengatur regulasi terkait produk halal di dalam negeri. Hingga saat ini sudah banyak lembaga yang sudah tersertifikasi sebagai Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang berperan sebagai perpanjangan tangan BPJPH dalam pengurusan sertifikat halal, seperti yang tertuang dalam halaman situs BPJPH terkait daftar Lembaga Pemeriksa halal (LPH).

Halal Indonesia

Dalam implementasi UU No 33 Tahun 2014, produk-produk yang akan disertifikasi halal akan didekati oleh dua pendekatan, yaitu pendekatan dokumen dan proses oleh tim Auditor Halal, serta pendekatan laboratorium oleh Laboratorium Pemeriksa Halal yang keduanya di bawah pengawasan LPH yang terdaftar di BPJPH. Beranekaragamnya jenis produk yang harus disertifikasi sesuai arahan Gambar 1 Logo Halal Indonesia UU No 33 Tahun 2014 membuat pengujian di laboratorium pun harus bisa mengimplementasikan beragam pendekatan metode pengujian sesuai dengan karakteristik dari sampel yang diujikannya masing-masing. Salah satu metode pengujian laboratorium yang umum dan banyak dimanfaatkan oleh laboratoium uji adalah dengan menggunakan pendekatan metode real time PCR (qPCR).


Mengenal Metode Real-Time PCR (qPCR)

Metode real-time PCR (red: disingkat qPCR, quantitative polymerase chain reactions) itu sendiri bukanlah metode yang baru dalam penerapan pengujian di kalangan laboratorium pengujian. Metode ini sudah banyak digunakan secara luas dari pengujian diagnostik hingga ke keamanan pangan (red: pengujian cemaran mikoorganisme). Prinsip utama dari metode ini adalah perbanyakan fragmen DNA target, seperti halnya metode PCR pada umumnya. Akan tetapi pada metode qPCR ini adanya penambahan penanda floresen yang berperan dalam memberikan sinyal setiap kali amplifikasi/penggandaan DNA target terjadi. Sinyal tersebut ditangkap oleh sensor yang ada pada alat dan menghasilkan kurva pendaran. Melalui kurva ini, sinyal-sinyal floresen tersebut akan dianalisis untuk menentukan nilai Ct atau Cq (red: nilai yang menunjukkan pada siklus pengulangan keberapa kurva melewati garis ambang atau threshold -nya) yang merupakan satuan dari pembacaan pada metode ini.

Sensors 18 01271 g001 550

Gambar 2 (a) Prinsip kerja Polymerase Chain Reactions (PCR); (b) Fase-fase pada grafik amplifikasi Real-Time PCR.
Sumber Gambar: Quan et. al (2018);

Terdapat dua jenis penanda floresen yang biasa digunakan dalam metode qPCR, yaitu penanda DNA- binding dan pelacak probe. Keduanya berperan dalam proses pelepasan sinyal yang kemudian ditangkap oleh detektor pada alat qPCR (red: filter channel pada instrumen qPCR). Perbedaan kedua jenis penanda floresen ini terdapat pada bagaimana sinyal dilepaskan. Pada penanda menggunakan DNA-binding (red: yang biasa digunakan adalah SYBR), sinyal dilepaskan saat amplifikasi terjadi dan menghasilkan untai DNA yang baru. Hal ini dikarenakan penanda DNA-binding akan menyusup ke dalam undai ganda DNA yang terbentuk dan menghasilkan sinyal floresen yang kemudian ditangkap oleh detektor. Sedangkan pada penanda menggunakan pelacak probe (red: yang biasa digunakan adalah TaqMan), sinyal dilepaskan saat amplifikasi terjadi yang dipengaruhi oleh kerja dari enzim polimerase. Hal ini dikarenakan saat enzim polimerase bekerja akan memutus ikatan antara pewarna floresen dengan quenchernya yang mengakibatkan sinyal floresen dilepaskan dan ditangkap oleh detector (red: pada setiap penanda probe terdiri atas pewarna floresen yang terhidrolisis dengan quencher yang menyebabkan sinyal floresen terikat).


Fluorescence Markers Used In Real Time PCR

Gambar 3 Perbedaan mekanisme deteksi sinyal pada penanda DNA-binding (kiri) dan pelacak probe (kanan) Sumber Gambar:


Baca Juga: EvaGreen® Dye: Pewarna Ramah Lingkungan yang dapat Meningkatkan Sensitivitas Reaksi pada Aplikasi qPCR


Alasan Penggunaan Metode Real-Time PCR dalam Pengujian “Halal”

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa terminologi Halal bukanlah suatu suatu bentuk pengujian, akan tetapi suatu bentuk konsep kepercayaan (red: agama Islam) yang ditentukan oleh ulama atau pemuka agama berdasarkan kitab suci maupun risalah yang berlaku (red: Al-Quran dan Hadist). Berdasarkan literasi dari berbagai sumber seperti Surat Al-Baqarah ayat 172, Al-Maidah ayat 3 & 90, Al-An’am ayat 145, An-Nahl ayat 115, serta beberapa hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Muslim, kita ketahui bahwasanya yang dilarang/diharamkan adalah: (1) Bangkai, (2) Darah, (3) Babi dan turunannya, (4) Hewan yang mati tidak disembelih dengan nama Allah SWT atau sesuai syariat, (5) Hewan karnivora, bertaring, dan berkuku tajam, dan (6) Khamr (red: minuman yang memabukan, alkohol).

Lalu bagaimana dengan peranan Scientific Halal Investigation (SHI) yang kita bahas ini? Peran metode real-time PCR disini adalah membantu dalam mensupport data saintifik yang mana kemudian akan diberikan atau dibawa kepada para ulama dalam sidang fatwa sebagai bukti saintifik keberadaan cemaran zat non-halal pada sampel yang diujikan. Data saintifik disini berupa data keberadaan atau residu DNA (red: cemaran) dari zat-zat non-halal pada sampel yang diujikan. Berdasarkan informasi tersebut kita bisa simpulkan bahwa pemanfaatan metode real-time PCR ini bisa digunakan dalam hal analisa babi dan turunannya maupun analisa hewan karnivora, bertaring, dan berkuku tajam. Dalam penerapan SHI, penggunaan metode real-time PCR dapat dilakukan karena baik babi maupun hewan karnivora merupakan makhluk hidup yang memiliki keunikan dalam DNAnya, sehingga DNAnya bisa dianalisa dan/atau dideteksi secara saintifik. Data keberadaan DNA babi maupun hewan karnivor inilah yang dijadikan bukti saintifik yang dapat digunakan para ulama sebagai salah satu data dalam pertimbangan pada sidang fatwa yang dilakukan terhadap suatu produk. . Mohon diingat pula, bahwa hasil pengujian laboratorium hanya untuk menyediakan bukti saintifik terkait ada tidaknya kandungan maupun residu DNA dari babi ataupun hewan-hewan lainnya yang diharamkan bukan sebagai pengganti sertifikat ataupun keputusan halal dari lembaga yang berwenang (red: BPJPH).


DNA merupakan identitas alami makhluk hidup yang unik yang tidak mungkin sama/identik antara satu
dengan lainnya
Gambar 4 DNA merupakan identitas alami makhluk hidup yang unik yang tidak mungkin sama/identik antara satu dengan lainnya. Sumber Gambar:

Dengan memanfaatkan “KTP” alaminya yang berupa DNA dari hewan-hewan non-halal (red: babi dan hewan karnivor yang diharamkan), kita bisa melakukan SHI memanfaatkan metode real-time PCR untuk mendapatkan bukti saintifik keberadaan hewan-hewan non-halal tersebut dan turunannya pada suatu produk. Hal ini berlaku baik untuk kandungan/cemaran DNA yang berupa oplosan produk (red: campuran produk) maupun residu hewan-hewan tersebut yang dimanfaatkan dalam dan/atau selama proses produksinya. Selama jejak DNA hewan-hewan non-halal tersebut masih ada di dalam sampel uji, maka real-time PCR merupakan jawaban yang dibutuhkan untuk menyediakan bukti saintifik dalam melakukan SHI kaitannya dengan implementasi sertifikasi halal pada suatu produk.


Alur pengujian DNA porcine menggunakan metode Real-Time PCR
Gambar 5 Alur pengujian DNA porcine menggunakan metode Real-Time PCR.

Dalam proses pengujian DNA babi ataupun hewan-hewan non-halal lainnya, keberhasilan metode real-time PCR maupun metode saintifik lainnya sangat dipengaruhi oleh bagaimana sampel tersebut dipreparasi (red: ekstraksi DNA dalam hal metode real-time PCR). Olehkarena itu, penanganan atau preparasi dari suatu sampel tidak bisa dianggap remeh jika ingin mendapatkan hasil pengujian yang optimal.

Baca Juga:Droplet Digital PCR untuk Autentikasi Halal


Yuk Kenalan dengan CFX Opus Deepwell Real-Time PCR System, Satu Alat untuk Beragam Aplikasi

Metode real-time PCR ini sangat menarik dalam mengimplementasikan Scientific Halal Investigation. Olehkarenanya tidak ada salahnya untuk berkenalan dengan pemeran utama dalam pengujian ini, yaitu CFX Opus Deepwell Real-Time PCR System # 17007991.


Alat real-time PCR CFX Opus Deepwell ini memiliki beberapa keunggulan seperti:

  • Bersifat Open System, terbuka untuk beragam reagensia dan kit
  • Memiliki kapasitas 96 wells, dapat running up to 94 sampel uji (red: dengan 1 kontrol + dan -)
  • Memiliki kapasitas volume sampel yang besar tiap well nya (red: up to 125 μl sampel)
  • Memiliki 5 filter channel yang terinstal, memudahkan dalam running multiplexing assay
  • Sistem Peltier dengan suhu yang uniform, bebas meletakan posisi sampel
  • Fitur Thermal Gradient, memudahkan dalam melakukan optimasi
  • Akurasi pembacaan yang tinggi dengan sistem optic shuttle
  • Software yang mudah digunakan
CFX Opus Deepwell Real-Time PCR System #17007991
Gambar 6 CFX Opus Deepwell Real-Time PCR System #17007991

Alat yang bersifat Open System ini sangatlah bisa diandalkan bukan hanya terkait case Scientific Halal Investigation saja akan tetapi juga untuk pengujian cemaran mikroba (red: keamanan pangan), pengujian GMO (Genetically Modified Organism), pengujian keaslian pangan (Food Fraud/Authenticity), pengujian alergen DNA, pengujian penyakit, pengujian lingkungan, dan masih banyak lagi. Sehingga tidak salah bila alat ini dijadikan subjek utama dalam hal Halalan Thayyiban.

Baca Juga:Cara Deteksi Cepat Salmonella dengan Bio-Rad Salmonella Solutions


Bagaimana? Menarikan bukan membahas Scientific Halal Investigation ini?

Masih penasaran dengan kelanjutannya? Seperti tipe atau jenis pengujian real time PCR apa yang biasa dilakukan? Seberapa besar pengaruh matrik uji terkait tipe atau jenis pengujian yang dilakukan terhadap keberhasilan pengujian? Perbedaan pendekatan DNA kromosom dengan DNA mitokondria dalam tipe atau jenis pengujian?

Yuk ikuti artikel berikutnya terkait Scientific Halal Investigation

Related Products:

Penulis : Imam Hardiman, MSc.
Editor : Agung Nurfaizal


Mari Terhubung dengan Kami

Telepon Kantor : 021 5366 7591
Email : [email protected]
WhatsApp : 0858 8880 0005

Kunjungi media sosial Offical Sciencewerke

Instagram : @sciencewerke_id
Linkedin : PT Sciencewerke
X : Sciencewerke ID
Youtube: PT Sciencewerke

  • Back  
  • Top