Kesehatan dan keamanan kerja (K3) menjadi pertimbangan penting terutama pada pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi. Salah satu elemen penunjang dalam K3 adalah alat pelindung diri (APD). APD menjadi syarat mutlak dalam pekerjaan yang rawan kecelakaan.
APD dapat disesuaikan dengan medan dan resiko kerja. Umumnya APD yang dipersyaratkan adalah pelindung kepala (head protection), pelindung pernapasan (respiratory protection), pelindung telinga (hearing Protection), pelindung badan/pakaian (safety clothing), pelindung kaki (foot Protection), dan lain sebagainya.
Saat ini, Indonesia dihadapkan pada masalah peningkatan polusi udara, bahkan beberapa kota termonitor sempat menempati urutan pertama terburuk di dunia, salah satunya adalah kota metropolitan Jakarta. Jenis polusi udara berupa debu atau partikulat, diindikasikan dengan kenaikkan particulate matter 2,5 um (PM 2.5). Petugas lapangan seperti petugas lalu lintas, pamong praja, dinas lingkungan hidup, pemadam kebakaran, petugas survei, petugas medis, bahkan petugas kebersihan menjadi pekerjaan yang paling terdampak atas masalah ini. Oleh karena itu, diperlukan APD berjenis proteksi pernapasan untuk menunjang kebutuhan K3 petugas lapangan tersebut.
Salah satu APD yang utama untuk melindungi pernapasan adalah respirator. Tipe respirator yang digunakan adalah khusus respirator partikulat, bukan respirator gas dan masker biasa. Salah satu brand atau merek yang punya penekanan dan keunggulan pada respirator partikulat adalah GVS. GVS merupakan perusahaan yang fokus pada portofolio respirator berbasis filter partikulat sebagai penekanan keunggulan utama dibandingkan spesifikasi lain.
Respirator dapat memberikan proteksi terbaik terhadap polusi udara partikulat dalam jangka waktu lama, berbeda dengan masker biasa. Respirator dan masker sejatinya adalah kedua istilah yang berbeda walaupun sering dipertukarkan dalam pemakaiannya, bahkan respirator sendiri bisa disebut masker namun tidak sebaliknya, masker belum tentu respirator. Masker tidak mengisolasi udara secara baik atau kedap, sedangkan respirator lebih kedap karena desainnya mengikuti kontur muka sehingga menghindari celah masuknya kontaminan dan memproteksi pemakai dari lingkungan sekitar. Walaupun demikian, dibutuhkan respirator yang tepat karena tidak semua spesifikasi respirator dapat memberikan proteksi yang baik terhadap polusi partikulat.
Respirator yang dikenal selama ini dengan nama N95 pun tidak cukup memberikan proteksi partikulat dalam jangka panjang. Spesifikasi N95 menyatakan bahwa sebanyak 95% partikulat dapat tertahan oleh filter, sedangkan sisanya 5% lolos filtrasi/saringan. Persentase lolos ini akan menjadi nilai yang signifikan besar jika digunakan dalam jangka panjang karena terakumulasi dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, diperlukan respirator dengan tipe dan spesifikasi filter yang tinggi sehingga memberikan proteksi teraman. Saat ini teknologi filtrasi paling tinggi dikenal dengan nama HEPA. HEPA singkatan dari High Efficiency Particulate Air, adalah standar filter berefisiensi tinggi dalam penyaringan partikulat udara.
Sejarah respirator dimulai dari N95 yang muncul pada aplikasi pertambangan. Respirator N95 kemudian digunakan untuk aplikasi industri, lambat laun penggunaannya meningkat untuk kebutuhan dunia medis ketika munculnya tuberculosis yang resisten terhadap obat (TB MDR). Berhubungan dengan pandemi covid-19, berbagai masker bermunculan di pasar baik masker medis, kain, dan yang sepadan dengan N95. Berbicara mengenai N95, pernahkah kita bertanya apakah arti nama N95 dan mengapa penamaannya seperti itu. Apakah anda tahu bahwa ada arti lebih dalam mengenai penamaan N95 dan keluarga lain pada penamaan tersebut? Sebenarnya N95 adalah kode pada penamaan berdasarkan lembaga dan standar dari US. Selain itu, perlu diketahui ada varian kode penamaan lain berdasarkan standar tersebut dan juga ada standar penamaan di Eropa. Bahkan dalam sistem penamaan dari US tersebut, N95 adalah grade/tingkat paling rendah dan artinya ada varian lain dengan spesifikasi/tingkat yang lebih tinggi. Berikut klasifikasi respirator sesuai protokol US (United States) yang didefinisikan oleh lembaga berwenang, NIOSH:
Huruf (N, R, and P) merujuk pada ketahanan filter terhadap minyak:
N - Not resistant to oil = tidak tahan minyak
R - Resistant to oil = tahan minyak
P - oil Proof, strongly resistant to oil = sangat resisten terhadap minyak
Angka (95, 99, and 100) merujuk pada kemampuan filter menyaring partikel udara, yaitu persentase minimal yang dapat ditahan filter, rinciannya:
95 - menyaring hingga 95% partikel
99 - menyaring hingga 99% partikel
100 - menyaring hingga 99,97% partikel
Sedangkan protokol Eropa mengklasifikasikan sistem CE (Conformité Européen) terkait respirator sebagai berikut:
– FFP1 - menyaring hingga 80% partikel udara
– FFP2 - menyaring hingga 94% partikel udara
– FFP3 - menyaring hingga 99% partikel udara
Gambar : Efisiensi sistem filtrasi
Istilah lain standar sistem filtrasi udara adalah HEPA. Filter HEPA dapat ditemukan pada perangkat biosafety hingga alat rumah tangga (household devices). Efisiensi HEPA berdasarkan standard Eropa adalah 99,95%, sedangkan berdasarkan standard U.S. (United State, Amerika) adalah 99,97% terhadap partikulat seukuran 0,3 um (micron) atau most penetrating particle size (MPPS) yang merupakan titk kritis pertemuan dari 2 sistem, yaitu difusi-elektrostatis dan straining-impingement sesuai “Gambar efisiensi sistem filtrasi”. Sesuai dengan kurva pada gambar tersebut, mekanisme kerja terhadap partikulat 2 um yang paling berperan menahan partikulat adalah sistem “straining” dan “impingement”. HEPA mampu menangkap pollen, debu, bakteri (0,2 - 2,0 um), virus (0,02 - 0,3 um), dan uap aerosol (0,02 - 0,5 um). HEPA adalah komponen utama dalam Biological Safety Cabinet (BSC) untuk menjaga petugas laboratorium dan sampel yang diuji aman dari resiko kontaminasi. HEPA juga telah banyak digunakan industri, contohnya pada ruang produksi chip semikonduktor dan manufaktur produk medis seperti ventilator serta respirator hingga sampai produk rumah tangga seperti air purifier dan vacuum cleaner. HEPA digunakan dalam ventilasi rumah sakit dan laboratorium yang mempersyaratkan keamanan tinggi.
Berdasarkan referensi tersebut, respirator dengan filter HEPA, merupakan tingkat dan spesifikasi tertinggi pada perangkat filtrasi. Berdasarkan penamaan NIOSH (US), HEPA berarti filter yang setara dengan P100 atau FFP3 pada standar CE (Eropa). Respirator partikulat berfitur HEPA menjadi proteksi teraman dan terbaik bagi petugas lapang yang terpapar polusi partikulat secara intensif dan bahkan kontaminan biologis di udara. Solusi ini sebagai antisipasi terhadap kenormalan baru yang mungkin terjadi akibat fenomena perubahan iklim global. Salah satu respirator yang menggunakan filter HEPA adalah GVS, bahkan GVS merupakan produsen HEPA di dunia sehingga mengedepankan filter HEPA pada posisi keunggulan utama dalam portofolio respiratornya. Respirator partikulat yang dilengkapi dengan HEPA, seperti Elipse P3 dari GVS, memberikan proteksi terbaik dan teraman terhadap partikulat, bahkan polutan biologis seperti virus. Melalui Elipse P3, sistem keamanan tertinggi di laboratorium dan standar dunia kini diaplikasikan sebagai APD sehingga menjadi solusi teraman menghadapi ancaman bahaya dari udara dan terminiaturisasi dalam genggaman tangan secara personal.
Produk Respirator Partikulat GVS: Elipse P3
GVS menghadirkan respirator yang dinamakan dengan Elipse P3, untuk memberikan perlindungan terhadap polusi partikulat. GVS sendiri adalah produsen HEPA di dunia yang berasal dari Italia. Elipse P3 merupakan respirator partikulat dengan banyak fitur, dengan fitur utama adalah sistem filtrasi HEPA. Filter HEPA pada respirator Elipse P3 merupakan bahan sintetik yang disebut HESPA, dikembangkan dengan teknologi paten dalam hal enkapsulasi. Respirator didesain ideal dan kompak dengan model trendi atau kekinian, namun tidak mengorbankan fungsinya sehingga mengikuti kontur muka secara baik dan mencegah kebocoran samping terutama ke area mata.
Desain Elipse P3 tidak mencolok dan menghalangi area muka terutama saat memakai APD muka lainnya. Bahan filter dibuat berlipat-lipat sehingga meningkatkan performa filtrasi dan mengurangi hambatan napas, sedangkan badan respirator terbuat dari medical grade TPE, nyaman dipakai, dan tidak menyebabkan alergi (hypoallergenic). Filter HESPA yang dikembangkan oleh GVS ini bisa dipakai ulang (reusable), disterilkan (autoclavable), dan diganti (replaceable) ketika performanya sudah menurun. Respirator ini bisa menghemat hingga 50% penggunaan masker sekali pakai (disposeable).
Terkait performa, respirator Elipse P3 GVS sepadan dengan P100 yang merupakan level paling tinggi dalam standar NIOSH, bahkan melebihi standar yaitu 99,995% baik terhadap partikulat garam maupun polutan berminyak. Filter HEPA mampu menyaring partikulat, baik partikel debu padat dan cairan berbahaya atau toksik. Selain itu dapat digunakan untuk menahan droplet air dan mikroorganisme baik bakteri dan virus, sehingga masker ini dipakai juga untuk melawan virus covid-19 pada awal rilis di Indonesia. Respirator Elipse P3 dapat dilengkapi opsi tambahan karbon aktif sehingga menjadi filter ganda untuk partikulat dan sekaligus untuk menahan bau atau aroma.
Terkait kualitas dan integritasnya, respirator Elipse P3 telah memenuhi persyaratan dan sertifikasi sesuai acuan standard Eropa (European Standard) EN 140:1998, Regulation (EU) 2016/425, dan TP TC 019/2011, diharapkan memberikan kesesuaian kedap masker (fit) terhadap muka namun tidak mengorbankan kenyamanan dan dapat diatur kekencangannya. Kesesuaian kedap masker tersebut mencegah kebocoran samping dan pengembunan (fogging) terhadap kacamata pelindung (safety glass). Elipse menggunakan bahan HEPA dari media sintetik (HESPA) yang telah teruji sesuai standard Eropa (European Standard) EN 143:2000+A1:2006, Regulation (EU) 2016/425, dan TP TC 019/2011, dan teruji HESPA memiliki efisiensi yang sangat tinggi (> 99,99%). Selain itu, bahan masker telah memenuhi standard ISO 10993-10: 2010 terkait keamanan terhadap iritasi.